Langsung ke konten utama

MONAS, MENOLAK LUPA PADA SEJARAH


Susilo *)

Siapa yang tak kenal Monas? Monumen yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Destinasi wisata keluarga yang murah, menghibur dan mengedukasi generasi.

(Sebuah catatan kecil, ketika pada tanggal 16-19 Juli 2024 lalu kami mendapat tugas ke Jakarta, kebetulan tempat penginapan kami tidak jauh dari Monas. Selepas Jamaah Subuh di Masjid Istiqlal dan sarapan tentunya, kami sempatkan mengunjungi untuk mentadzabburi)

Monumen fenomenal yang di rancang oleh Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Roseno ini menggunakan dimensi arsitektur angka 17, 8 dan 45 merupakan hari keramat kemerdekaan RI. Monas dibangun melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama (1961-1965), tanggal 17 Agustus Tahun 1961 Monas diresmikan mulainya tahap pembangunan oleh Presiden Ir. Soekarno. Pada tahap pertama pelaksanaan pekerjaannya dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat. 

Tahap kedua (1966-1968), pembiayaan menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat, pada dekade ini terjadi kelesuan karena keterbatasan pembiayaan. Dan tahap ketiga (1969-1976), pembiayaan juga menggunakan Anggaran Pemerintah Pusat yang dianggarkan melalui Repelita. Pembangunan Monas seutuhnya dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional sampai pada titik finish pembangunannya dan dibuka untuk umum mulai pada tanggal 12 Juli 1975.

Tugu monas yang menjulang tinggi mengandung falsafah "Lingga dan Yoni", adalah simbol dari jaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi. Ialah keseimbangan antara unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, merupakan simbol keabadian keseimbangan di dunia.

Dari Monas kita dapat belajar banyak hal sebagai modal penting untuk mengisi kemerdekaan, diantaranya sebagai berikut ini:

Monas mengajarkan menolak lupa pada sejarah. Bagaimana gigihnya para pejuang pra-kemerdekaan, pasca kemerdekaan, agresi, revolusi, hingga perkembangan pembangunan selama orde baru, semua tervisualisasikan dengan jelas dan detail dalam diorama. Maka tugas generasi penerus adalah mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu sebagai modal untuk mengukir sejarah dimasa depan.

Monas memberi motivasi untuk membangun cita-cita yang tinggi sebagaimana tugu Monas yang menulang tinggi yang memiliki puncak lidah api berlapis emas 50 kg. 

Monas juga memberi pelajaran tentang pentingnya pengetahuan yang luas  dengan tetap mempertahankan akar sejarah dan menjaga keseimbangan. Seperti luasnya area Monas yang tetap mempertahankan rindangnya pepohonan dan ekosistem alam.

Monas juga menjadi stimulan dalam membangun optimisme melalui nasionalisme. Jiwa nasionalisme terpicu dan patriotisme terpacu yang terpancar dengan keseriusan pada setiap langkah proses perjuangan dan memiliki kesetiaan aturan Tuhan serta perundangan.

Monas memberi teladan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Ia mengajari kita untuk menjadi warga negara yang bisa dibanggakan sebagaimana Monas. Warga yang senantiasa menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan sejuta prestasi yang membanggakan.

Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Repbulik Indonesia ke 79, 17 Agustus 2024.

Semoga bermanfaat...


*) Penulis adalah Anggota Penyuluh Anti Korupsi Jawa Timur (JatimPAK)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PAWAI DAN EDUKASI

Obrolan santai diluar materi siar, saat jeda iklan disela waktu on air kemarin (29 Agustus 2024) terurai pemikiran yang terpicu dari kegiatan HUT RI ke 79 ini. Ngobrol santui ini rupanya tak kalah menarik dengan materi inti siaran. Info, siaran rutin bersama 96,2 Samar FM ternyata sudah tiga tahun lo, terima kasih Samara yang telah ikhlas membersamai kami Komunitas Jatim PAK.  Karnaval dan Carnival adalah berasal dari kata yang sama, yang berarti pesta besar, pameran, kirab atau pasar malam dengan berbagai hiburan menarik. Mungkin pawai budaya atau kirab budaya atau masyarakat kita menyebutkan dengan istilah pawai saja, juga terinspirasi dari dua kata tersebut. Hal ini kita tilih dari isian kegiatannya.  Dari obrolan kecil itu kita bertiga (Kami, Mbak Lisa selaku Host dan Master Wijaya sebagai Narsum), mundur jauh ke masa silam disaat kita masih kecil dulu. Pawai seperti ini lebih banyak memberikan edukasi tentang sejarah perjuangan bangsa, dilengkapi adat budayanya dan dieksp...

SOSIALISASI MENJADI MEDIA MENCARI SOLUSI

Susilo*) Korupsi terjadi karena kebiasaan buruk yang dibiarkan, dalam waktu tertentu akan membentuk karakter. Jika telah menjadi karakter, maka menjadi sangat sulit dibenahi. Pemberantasan korupsi yang paling efektif adalah dengan memberi contoh pembiasaan baik mulai sejak dini. Hari Senin, tanggal 19 Agustus 2024, jam 09.00 WIB, Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung  telah menyelenggarakan Sosialisasi Pendidikan Anti Korupsi kepada Kepala Sekolah SMP Negeri maupun Swasta se Kabupaten Tulungagung , bertempat di Hall Kresna Narita Hotel Tulungagung, sejumlah 102 Peserta hadir pada acara tersebut. Bertindak sebagai Narasumber dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Tulungagung, tiga orang terdiri dari Bapak Amri Rahmanto Sayekti, S.H., M.H ((Kepala Seksi Intelijen), Bapak Zulfikar Ar Riski Akbar, S.H (Kasubsi A Intelijen) dan Bapak Eka Kurniawan Putra, S.H., M.H (Kasubsi B Intelijen), sedang Narsum dari Inspektorat Kabupaten Tulungagung adalah Bapak Drs. Tranggono Dibjoharsono, M.M. Narasumb...

SENJATA PEJUANG

            Senjata menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sejak zaman kuno, senjata menjadi ageman kebanggaan hampir setiap orang mulai dari rakyat jelata hingga pejabat negara. Senjata disetiap wilayah memiliki bentuk, nama dan ciri khas yang beraneka keunikannya, seperti di Jawa punya senjata Keris dengan beraneka jenis dan nama, Keris Bujak Beliung (Kalimantan Selatan), Tombak Hujor dari Sumatra Utara (batak), Pedang Jenawi adalah senjata tradisional paling populer di Riau, Badik Tumbuk Lada sejenis keris yang terdapat di Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung senjatanya Parang, Mandau (Suku Dayak) di Kalimantan. Golok Ciomas dari Banten, Kujang dari Jawa Barat, Sundu (Nusa Tenggara Timur) menyerupai keris. Badik dari daerah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan, di Madura ada Celurit, Rencong dari Aceh, Lembing Sulawesi, Belati dan Busur (Irian Jaya). Ada pula Bambu Runcing yang dijadikan senjata dan lain-lain. ...