Langsung ke konten utama

KESAL TAPI TIDAK MENYESAL

Putaran jarum jam serasa begitu cepat, saat melewati jalan rabat beton ini seakan mengembalikan ingatan pada sebuah kenangan. Setelah kami ditelisik ulang ternyata kenangan ini terjadi pada masa yang sangat lama yaitu 14 tahun silam.

Tepatnya Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) pada Tahun 2010 ketika itu turun di Desa Tanjungsari Kecamatan Karangrejo Tulungagung. PPIP di desa kita berupa peningkatan kwalitas jalan dengan Rabat Beton pada tiga titik ruas jalan desa. Ruas pertama jalan di Dusun Tiyang RT 01 dan RT 02 RW 02 atau dari  Bendosulur ke mBakalan. Ruas kedua; terletak di Dusun Tanjung RT 01, RT 02 dan RT 03 RW 01 , tepatnya dari perempatan Dukuh Jurang Gales ke utara sampai perempatan kecil yang ke timur hingga selatan SDN 2 Tanjungsari sedang yang ke utara berakhir di barat Pondok Muhibbuddiin (sekarang). Adapun ruas ketiga di Dusun Tanjung RT 03 dan 04 RW 02 (Klagen) mulai dari perbatasan kampung ke arah barat sampai pertigaan notok sungai. 

Walaupun rekaman dalam file ingatan kami sudah tak utuh lagi, tapi unsur-unsur penting masih bisa diputar ulang. Bagaimana sibuknya saat pengajuan proposal, penyusunan kelengakapan, suvei lokasi, hingga diterima pengajuannya dan bisa menerima bantuan dana. Kemudian waktu pelaksanaan, sampai pelaporan masih terlihat terdokumentasikan. 

Tetap lekat dalam ingatan, bagaimana semangat masyarakat mengerjakan program ini. Kekompakan semacam ini mahal banget harganya, mereka menggunakan potensi masing-masing demi suksesnya pembangunan. Bagi yang memiliki keamampuan khusus seperti mengopersionalkan molen ia tampil total, yang mahir dibidang pertukangan tampil di depan, yang lain memposisikan diri untuk menyediakan bahan baku, mengusung adonan, menyediakan air dan sebagainya. Tak ketinggalan para ibu sholihah, menyediakan jamuan baik mulai minunan, jajan maupun makan. Semua bergerak total dengan komando hati yang bersih dan menyatu.

Melalui program ini kita dipertemukan dengan dua rekan yang berkedudukan sebagai pendamping teknis dan pendamping lapangan. Mereka mensupport desa kita pada bidang masing-masing demi terlaksananya program sesuai perencanaan. Totalitas mereka memacu kwalitas hasil proyek yang terjaga sampai saat ini.

Kenangan dan pelajaran baik; Kala itu ada beberapa pihak yang seolah tidak percaya dengan keseriusan kami dalam pengerjaan proyek (mungkin itu perasaan kami saja). Mereka begitu serius mengawasi dengan pengawasan yang ekstra, terkesan berlebihan. Tapi saya yakin tujuan mereka mungkin sangat baik, yaitu menjaga kami (Panitia Pelaksana) agar tak sembrono dan curang yang membuat kwalitas bangunan berkurang. 

Sesungguhnya risih dan jengkel juga sih, lha proyek ini dilaksanakan secara padat karya loh. Proses pengerjaannya saja dilaksanakan oleh warga setempat sendiri, sedang Panitia dan Pendamping hanya mengawal dan memenuhi kebutuhan bahannya agar terjaga kwalitas hasilnya. Yaahh, kami hanya bisa menahan diri saja pada akhirnya kalimat yang sangat populer ini terbersit dalam perasaan kami (sebagai ekspresi kesal), "Biarlah Waktu yang akan Membuktikan!". Inilah sebagian dari pernak-pernik yang menghiasi.

Beberapa hari lalu pada suatu pagi, kami melintas di atas jalan kenangan dimaksud. Betapa bersyukurnya kami, karena jalan yang dibangun melalui PPIP menjadi warisan dan prasasti atas pembuktian oleh perjalanan waktu. Sejak adonan rabat dituangkan pada titik ruas masing-masing, sampai detik ini belum pernah ada tanda-tanda membutuhkan perbaikan atau perawatan. Kami benar-benar tidak menyesal telah turut bersenyawa pada proses pengecoran sejarah kebaikan ini. 

Kenangan kami juga melayang kepada beberapa pihak yang dahulu berada digaris depan dalam pelaksanaan proyek Beliau telah menghadap Yang Maha Kuasa. Semoga amal bakti Beliau diterima oleh Allah dan jalan rabat beton yang ditinggalkan menjadi wasilah sumber kebahagiaan dan pahala yang mengalir tiada putusnya. Do'a khusus juga mari kita hadiahkan kepada para Pejuang pembangunan yang masih hidup, semoga diberikan kebahagiaan, kesehatan dan kemuliaan. Al Fatihah...

Dengan mengenang sejarah kita akan banyak memetik hikmah dari dalamnya.


Penulis: Susilo (13 Agustus 2024)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PAWAI DAN EDUKASI

Obrolan santai diluar materi siar, saat jeda iklan disela waktu on air kemarin (29 Agustus 2024) terurai pemikiran yang terpicu dari kegiatan HUT RI ke 79 ini. Ngobrol santui ini rupanya tak kalah menarik dengan materi inti siaran. Info, siaran rutin bersama 96,2 Samar FM ternyata sudah tiga tahun lo, terima kasih Samara yang telah ikhlas membersamai kami Komunitas Jatim PAK.  Karnaval dan Carnival adalah berasal dari kata yang sama, yang berarti pesta besar, pameran, kirab atau pasar malam dengan berbagai hiburan menarik. Mungkin pawai budaya atau kirab budaya atau masyarakat kita menyebutkan dengan istilah pawai saja, juga terinspirasi dari dua kata tersebut. Hal ini kita tilih dari isian kegiatannya.  Dari obrolan kecil itu kita bertiga (Kami, Mbak Lisa selaku Host dan Master Wijaya sebagai Narsum), mundur jauh ke masa silam disaat kita masih kecil dulu. Pawai seperti ini lebih banyak memberikan edukasi tentang sejarah perjuangan bangsa, dilengkapi adat budayanya dan dieksp...

SOSIALISASI MENJADI MEDIA MENCARI SOLUSI

Susilo*) Korupsi terjadi karena kebiasaan buruk yang dibiarkan, dalam waktu tertentu akan membentuk karakter. Jika telah menjadi karakter, maka menjadi sangat sulit dibenahi. Pemberantasan korupsi yang paling efektif adalah dengan memberi contoh pembiasaan baik mulai sejak dini. Hari Senin, tanggal 19 Agustus 2024, jam 09.00 WIB, Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung  telah menyelenggarakan Sosialisasi Pendidikan Anti Korupsi kepada Kepala Sekolah SMP Negeri maupun Swasta se Kabupaten Tulungagung , bertempat di Hall Kresna Narita Hotel Tulungagung, sejumlah 102 Peserta hadir pada acara tersebut. Bertindak sebagai Narasumber dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Tulungagung, tiga orang terdiri dari Bapak Amri Rahmanto Sayekti, S.H., M.H ((Kepala Seksi Intelijen), Bapak Zulfikar Ar Riski Akbar, S.H (Kasubsi A Intelijen) dan Bapak Eka Kurniawan Putra, S.H., M.H (Kasubsi B Intelijen), sedang Narsum dari Inspektorat Kabupaten Tulungagung adalah Bapak Drs. Tranggono Dibjoharsono, M.M. Narasumb...

SENJATA PEJUANG

            Senjata menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sejak zaman kuno, senjata menjadi ageman kebanggaan hampir setiap orang mulai dari rakyat jelata hingga pejabat negara. Senjata disetiap wilayah memiliki bentuk, nama dan ciri khas yang beraneka keunikannya, seperti di Jawa punya senjata Keris dengan beraneka jenis dan nama, Keris Bujak Beliung (Kalimantan Selatan), Tombak Hujor dari Sumatra Utara (batak), Pedang Jenawi adalah senjata tradisional paling populer di Riau, Badik Tumbuk Lada sejenis keris yang terdapat di Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung senjatanya Parang, Mandau (Suku Dayak) di Kalimantan. Golok Ciomas dari Banten, Kujang dari Jawa Barat, Sundu (Nusa Tenggara Timur) menyerupai keris. Badik dari daerah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan, di Madura ada Celurit, Rencong dari Aceh, Lembing Sulawesi, Belati dan Busur (Irian Jaya). Ada pula Bambu Runcing yang dijadikan senjata dan lain-lain. ...