Perbatasan antar wilayah dimaksud ada yang berupa gapura ada pula yang berwujud tugu batas. Sedangkan batas antara halaman buku ada yang berupa kertas pembatas ada pula yang berupa pita. Semua bersifat membatasi saja, tidak menghentikan langkahnya tapi justru pembatas ini menghantarkan ke langkah berikutnya. Mari kita perhatikan pada tugu atau gapura perbatasan rata-rata terdapat tulisan berbeda dikedua sisinya. Satu sisi bertulis "Selamat Datang di...." disisi yang lain tertulis "Selamat Jalan ....". Demikian juga dengan jenis pembatas yang lainnya.
Sesungguhnya perbatasan atau pembatas mengandung nilai pelajaran yang amat berharga, namun selama ini mungkin kita mengacuhkan atau bahkan bisa jadi belum bisa mengambil pelajaran darinya. Mari kita bongkar satu-persatu makna dari setiap perbatasan.
Perbatasan kehidupan adalah kematian, jika ditulis dalam papan disatu sisi mengucapkan "Selamat Jalan.." sebagai ungkapan selamat jalan meninggalkan dunia dan seisinya. (Umumnya hanya sisi ini yang diekspos), biasanya berupa karangan bunga bela sungkawa, flyer innalilahi dan share lainnya. Sisi yang lainnya mengucapkan "Selamat Datang..." maksudnya selamat datang di alam berikutnya yaitu alam barzah. Nah, pada sisi yang ini lazimnya tidak ditampakkan dihadapan publik.
Sakit (dengan sebutan nama tertentu, spesifik) adalah membatasi saat seseorang imunnya tinggi atau stabil (sehat) dengan keadaan dimana imun sedang menurun. Seorang yang imunnya tinggi dan stabil bisa bernafas dengan lega, bisa menikmati makanan dengan lahap, saat menurun imunya maka virus akan menyerang sehingga hidung tersumbat mengganggu pernafasan (disebut sakit flue, pilek atau lainnya), makan apapun tak enak rasanya.
Sementara kata miskin menjadi pembatas antara orang yang sedang memiliki segalanya dengan keadaan dimana apa yang dimiliki sudah lepas dari penguasaannya. Miskin ini tidak hanya berkonotasi pada kepemilikan harta saja, namun bisa jadi seorang yang dulu punya jabatan, kekuasaan dan pendukung atau teman yang banyak menjadi tak lagi menjabat, tak punya kekuasaan dan tak memiliki pendukung atau teman.
Pembatas disaat semua organ tubuh masih berfungsi dengan maksimal, gagah ganteng rupawan atau cantik menawan (muda) dengan kondisi menurunnya beberapa fungsi organ tubuh atau bahkan sudah tak bisa beraktifitas sama sekali disebut dengan tua.
Pelajaran dari perbatasan berikutnya adalah kesempitan, ia akan menjadi pembatas bagi seorang yang masih memiliki kesempatan luas. Kesempatan berupa umur, kesehatan, harta, kekuasaan, fisik yang sehat, semua kesempatan tersebut akan berubah menjadi kesempitan ketika terjadi penurunan bahkan hingga kehilangan semuanya.
Menjaga sebelum perbatasan atau pembatas itu datang adalah menjadi hal yang harus kita lalukan. Dengan apa untuk menjaganya? Dengan amal kebajikan, agar kita bisa selamat melewati perbatasan atau pembatas sehingga dengan mudah melaju ke kondisi berikutnya.
Jika maksud perbatasan ini antar kota, maka dengan perjalanan yang dilakukan sesuai aturan lalu lintas, maka kita akan selamat melewati perbatasan dan nyaman hingga sampai tempat tujuan. Jika yang dimaksud perbatasan ini adalah kematian, maka kita akan selamat melewatinya dengan husnul khotimah dan akan mendapatkan kebahagiaan abadi di negeri tujuan.
Wallahu a'lam bis-shawab...
Semoga bermanfaat.
Penulis: Susilo (Anggota Penyuluh Anti Korupsi Jawa Timur, 12 Agustus 2024)
Komentar
Posting Komentar