Kalimat yang disusun indah, ideal, normatif.. "Kalau aku jadi, maka akan mengabdi sepenuh hati, total berkontribusi, akan mewujudkan ini, membuat itu", seolah mengangkat diri serba iyes!!. Memang untuk bisa melakukan hal-hal itu harus jadi sesuatu terlebih dahulu? Malu dong dengan sepatu.
Sepatu, kehebatannya membuka kisah pagi ini, ia menjadi teladan pribadi yang setia menjaga kesadaran, memporsikan diri diposisi yang tepat, tidak merasa hebat tapi kokoh, memiliki prinsip yang kuat dalam memegang amanat.
Sepatu, tak pernah mau dipuji diangkat tinggi dan dijadikan mahkota di kepala, ia tegas menjelaskan bahwa itu bukan porsiku, bukan posisiku, bukan kemampuanku, tidak tepatlah itu.
Sepatu, Ketika diikatkan kedua talinya kemudian ia didudukkan di leher, ia sadar diri dan mengatakan, "Ehh.. gila kamu, aku bukan aksesoris pakaian, tapi aku penunjang penampilan.." Ia tetap menjaga marwah jati diri dan tahu diri akan kompetensinya.....
Sepatu, ketika ia diistimewakan dilindungi dibungkus rapi, dibanggakan, ditunjuk-tunjukkan, ditenteng kesana kemari, ia tak lupa diri, "He he he ingat, ingat, ingat!! Aku bukan untuk kau lindungi, kau banggakan kesana kemari, tapi tugasku justru melindungi kakimu, dengan memakaiku kau akan tampil lebih keren, baru boleh bawa kemana saja dengan bangga.."
Sepatu, ia lantang memberi petunjuk, "Dimanapun posisi bisa berkontribusi, memberi peran berarti, berprestasi memenangkan kompetisi, kalau mau mengabdi yaa ngabdi saja, jadi gak usah tunggu nanti!! Langsung jangan tunda-tunda mulai sekarang juga!!... Gak perlu harus jadi apa-apa.. Ingat, bisa jadi kau belum melakukan apa-apa tiba-tiba Izrail sudah di depan mata, kau bisa apa?!!.. Bisa dipahami, Broo!!!.."
Sepatu, ia menyeru, "Pertiwi telah lama memanggil kita, ayo gerak bersama.. Pertiwi dalam cengkeraman pencuri profesional, mari kita lindungi.. Ibu Pertiwi menangis, melihat anak-anaknya berebut kekuasaan, berbagi keuntungan hasil kejahatan, mereka lupa pada Ibu yang telah melahirkan butuh perlindungan. Pertiwi meronta, banyak anaknya durhaka, membuat aturan semau kebutuhan nafsunya. Kalian yang gagah, berkuasa, berlindung kaki denganku diam saja!!??.. Kami hanya sepatu, sebatas ini kemampuan kami.."
Sepatu, ia berkomitmen terus-menerus tanpa ada putus, tak jua putus asa, tiada kamus itu dalam dirinya.. Memang tampak rendah, ia terinjak kaki si pemakai, tapi ia mampu memberi dan menambah nilai. Ia di bawah tapi memberi kontribusi besar pada siapa yang berdiri di atasnya. Ia mengabdi sesuai kemampuan diri, totalitas tinggi!!!
Sepatu, maqbul doanya karena terinjak tanpa ada rasa, "Semoga setiap diri, sadar porsi dan posisi untuk gerak bersama melindungi Ibu Pertiwi.."
Sepatu, kami jadi malu denganmu......
Semoga bermanfaat.
Selamat Hari Minggu (Minggir dulu jangan ganggu, he he lagi liburan)
Tulungagung, 25 Agustus 2024
Penulis: Susilo (Anggota JatimPAK)
Komentar
Posting Komentar